Desa Sumoketro Miliki Alam nan Asri
INFOBOROBUDUR - Konsep wisata yang menawarkan ciri khas tentang alam dan kehidupan masyarakat pedesaan yang masih tradisional, kini menjamur dan dikembangkan di sejumlah daerah. Tidak terkecuali di Kabupaten Magelang, tepatnya di Desa Sumoketro, Kecamatan Salam. Meski baru mulai 'dijual' November 2012 kemarin, namun sudah banyak pengunjung termasuk juga wisatawan dari luar negeri yang datang ke tempat ini.
“Kami sebenarnya tidak gencar melakukan promosi, namun hanya berdasar 'getok tular' teman-teman. Kebetulan, banyak teman kami bekerja di bidang pariwisata. Jadi tidak mengherankan, keberadaan desa kami cepat didengar hingga benua eropa,” kata Suyono, Ketua Pengelola Eco Wisata Desa Sumoketro.
Tertarik ? Hubungi: 087719147194
Kebanyakan para wisatawan yang datang ketempatnya ini, kata Suyono, ingin menggali dan mengenal lebih jauh tentang eco wisata dan kehidupan masyarakat yang masih 'polos' dan menjunjung tinggi adat istiadat leluhurnya tersebut. Di sisi lain, mereka ingin menghilangkan stress dari rutinitas pekerjaannya. “Udara dan air ditempat kami ini, masih sangat bersih. Belum banyak terkontaminasi material-material yang membahayakan tubuh. Pemandangan alamnya juga indah dan masih asri dengan pemandangan sawah terasiring serta hijaunya pepohonan,” imbuh Bambang, tokoh masyarakat.
Desa Sumoketro, lanjut Bambang, juga menyimpan beberapa aneka satwa liar seperti kera ekor panjang dan ayam hutan yang dapat ditemui saat kita berkeliling desa ini. Hewan-hewan itu, kebanyakan tinggal di Bukit Wukir, Kentheng dan Gremeng. Hal lainnya, tempat ini juga terdapat sumber mata air 'suro' dengan pancurannya yang dapat mencerahkan jiwa. “Kita juga dapat melihat peninggalan lumpang batu purbakala, Candi Gunung Wukir yang menguak Candi Borobudur dengan Prasasri 'Canggal' yang ditemukan disekitar tempat ini ratusan tahun lalu. Kita juga dapat ziarah ke makam Gunung Sentono pendiri DesaSumoketro,” terangnya.
Jika lelah usai berkeliling, pengunjung bisa melihat sekaligus terlibat langsung bersama masyarakat. Diantaranya membuat batu bata, makanan tradisional seperti jadah, tempe, jenang, krasikan dan membuat aneka jamu tradisonal. Selain itu juga dapat ikut membuat anyaman dari bambu dan rotan. “Kita juga bisa melihat kesenian jathilan dan jika beruntung, kita bisa melihat tradisi atau ritual wiwit yang dilakukan para petani saat akan memulai menanam padi. Kalau mau, kita juga bisa ikut membajak sawah dan menanam padi,” ungkapnya.
Tertarik ? Hubungi: 087719147194
Untuk ke desa ini, sangat mudah dijangkau. Dari Jalan Yogyakarta-Magelang atau setelah dari Jembatan Krasak (dari arah Kota Yogyakarta, red) hanya berjarak 3 km ke arah utara (Magelang). Dari lampu lalu lintas Semen, Salam, kita bisa langsung ambil kiri. Desa ini juga hanya berjarak sekitar 11 km dari Candi Borobudur. Tidak heran, banyak wisatawan yang datang ke desa ini, sebelum atau setelah mengunjungi Candi Borobudur. (Yohanes)
Tidak ada komentar